Sky Burial
Nona Pelangi
Maret 12, 2011
1 Comments

Pengarang : Xinran
Penerjemah : Ken Nadya
Penerbit : Serambi
Ketebalan : 286 halaman
Ini pertama kalinya saya membaca novel yang bercerita tentang budaya Tibet. Pada novel setebal 286 halaman ini mampu tergambar ragam budaya dan corak kehidupan masyarakat Tibet kala itu. Termasuk salah satunya adalah tradisi pemakaman langit, SKY BURIAL.
Novel ini mengambil latar belakang negeri China pada tahun 1958. Diawali oleh sepasang suami istri, Kejun dan Shu Wen yang harus rela terpisah karena Kejun harus ditugaskan sebagai dokter yang membantu Tentara Pembebasan Rakyat di Tibet. Sosok Kejun digambarkan sebagai seorang lelaki tangguh, ceriwis, dan memancarkan hasrat hidup yang begitu kuat. Lewat dua bulan, Shu Wen menerima pemberitahuan bahwa suaminya tewas saat berdinas disaat usia pernikahan mereka belum genap 100 hari. Shu Wen tak sudi menerima kematian Kejun begitu saja, terlebih di markas besar militer tak seorang pun dapat memberikan keterangn bagaimana suaminya meninggal. Satu-satunya solusi yang terfikir oleh Shu Wen adalah berangkat sendiri ke Tibet untuk mendapatkan informasi mengenai suaminya.
Perjalanan Menuju Tibet
Inilah awal dari perjalanan panjang Shu Wen. Diawali dengan kedatangannya di markas besar militer Zhengzhou. Pada halaman ini diulas sedikit mengenai hidangan sarapan ala utara : Semangkuk hulatang-sup lengket dari teung dan sayuran hijau yang dicacah serampangan dan direndam cuka, jeroan babi, dengan sambal bubuk melimpah. Ada juga kue tepung jagung yang panas dimulut; dan butiran acar yang sangat kecut dari daun mostar, disebut "geda". Berangkatlah Shu Wen dan ratusan prajurit lainnya menuju Tibet menggunakan kereta sederhana pengangkut barang yang setiap gerbongnya disesaki hampir seratus orang yang berjejalan. Keganasan alam pedalaman Tibet bukanlah satu-satunya teror yang dialami Shu Wen dan para prajurit Tentara Pembebasan Rakyat. Ditengah perjalanan, setiap harinya dua orang dalam pasukan terbunuh dengan belati menancap ditubuh mereka.
Tibet dan Pemakaman Langit
Zhuoma adalah seorang wanita bangsawan Tibet berusia 21 tahun. Ia mencari kekasihnya, Tiananmen. Bersama Zhuoma yang senasib serupa dengannya dan sebuah keluarga nomadik, Shu Wen treus berkelana mencari Kejun. Ada beberapa budaya yang dijelaskan disini, termasuk bahwa perempuan Tibet boleh memiliki beberapa suami dan tradisi pemakaman langit. Untuk prosesi pemakaman langit, jenazah dibawa diatas bukit kemudian dipenggal-penggal dan ditinggalkan disebuah altar di gunung agar menjadi santapan burung pemakan bangkai. Disebutkan bahwa pemakaman langit di Tibet hanyalah sebentuk perwujudan harmoni antara langit, bumi , alam dan manusia.
Dibalik rasa kehilangan, kecewa, dan keterasingan, Shu Wen banyak belajar tentang budaya luhur Tibet yang mengedepankan keselarasan antara manusia, alam, dan spritualitas. Selama 30 tahun lebih, pengelenaan Shu Wen di Tibet demi mencari Kejun yang tadinya kelam menuju pencerahan.
Heeemph... saya rasa novel ini lebih dari sekedar menarik serta recomended. Bahwa kekuatan cinta yang tulus mampu mengubah segalanya.....