Minggu, 20 Juli 2014

Sepotong cerita dari Lasem #2

Juli 20, 2014 0 Comments
Nah yang ini adalah lanjutan cerita saya sebelumnya, masih tentang kelenteng dan pojok2 Lasem. Di Lasem sendiri ada 3 kelenteng tua. Salah satunya sudah saya ceritakan disini. Sayangnya saya hanya sempat mengunjungi 2 kelenteng saja. Kurang lengkap ya rasanya? Tapi tak apalah, mungkin lain waktu saya akan datang lagi kemari.

Kelenteng Gie Yong Bio, Lasem

Ornamen diatas pintu gerbang Kelenteng Gie Yong Bio
Sesuai keterangan, bahwa kelenteng ini didirikan pada tahun 1780. Untuk menghormati 3 karib tokoh masyarakat Lasem. Salah satu diantaranya adalah penduduk pribumi, yaitu Raden Panji Margono, adipati Lasem 1714-1727

Bagian depan kelenteng Gie Yong Bio. Sama seperti di Kelenteng Cu An Kiong, disini pun dindingnya dipenuhi oleh lukisan kuno dengan tinta bak
Lukisan dinding dengan tinta bak yang usianya sudah ratusan tahun :")

Sebuah meja altar di dalam Gie Yong Bio
Beberapa lampion di dalam kelenteng, ada juga lampu gantung bergaya kolonial.
Lukisan dinding timbul bergambar naga dan macan terletak di depan kelenteng

Meja altar Raden Panji Margono. Ini pertama kalinya saya melihat patung pribumi berpakaian Jawa lengkap di dalam kelenteng.Konon katanya, hanya disinilah satu-satunya kelenteng di Indonesia yang didalamnya terdapat kongco  (dewa suci dimuliakan) orang pribumi. Altar ini dibangun tersendiri & terpisah dari altar yang lain, tapi masih dalam satu kesatuan bangunan kelenteng. Ini adalah bukti nyata relasi yang terjalin baik antara orang pribumi dengan orang Tionghoa di Lasem

Batik tulis Lasem. Sebagai salah satu kain penutup meja altar di kelenteng Gie Yong Bio

Sepulang dari Lasem, saya melalui jalan alternatif yang berbeda daripada saat awal berangkat dari Semarang. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan seperti ini di kedua sisi jalan :) Sangat kontras dengan Jalan raya di sepanjang Pantura yang didominasi truk2 besar penyumbang polusi. hahahha


Setelah melewati jalan yang berliku-liku dengan diapit pepohonan karet yang rapat di kedua sisinya, maka akan bertemu bukit kapur di sebuah ruas jalan yang dikelilingi kompleks persawahan. Ini bukit gedeee banget :))














Benteng Portugis, akhirnya sampailah saya disini. Tujuan berikutnya selepas dari Lasem. Bangunan ini terletak diatas bukit. Untuk menuju ke lokasi, sudah dibangun jalan beraspal kecil yang melingkari bukit. Sebenarnya untuk kendaraan roda 4 hanya bisa sampai pada parkir depan. tapi karena kami datang tidak pada saat weekend jadi dapat kelonggaran. Dan benar saja, jalannya benar2 sempit, hanya muat untuk 1 mobil dengan jalan berkelok, menanjak, dan berlubang di beberapa titik. Errrrrr .... rada serem, tapi ya mau puter balik dimana. Akhirnya lanjut saja, sambil berdoa agar tidak berpapasan dengan kendaraan dari arah yang berlawanan. Sebenarnya benteng ini simple saja, dengan dinding kokoh melingkar dan beberapa meriam yang menghadap ke laut & Pulau Mandalika.









































Pulau mandalika
Pulau Mandalika dilihat dari Benteng Portugis
Akhirnya, selesai sudah perjalanan saya hari ini. menyusuri eksotika Lasem & menapaki salah satu wilayah penghujung Pulau Jawa di benteng Portugis. Sudah puas? Tentu saja belum, perjalanan ini hanya singkat. Masih banyak lokasi di Lasem yang ingin saya datangi suatu saat nanti :)

Sabtu, 12 Juli 2014

Sepotong cerita dari Lasem #1

Juli 12, 2014 1 Comments
Pernah mendengar atau bahkan mungkin sudah pernah berkunjung ke Lasem?
Iya. Lasem. Sebuah Kecamatan di pesisir Jawa. Terdengar asing mungkin ya? Lasem memang bukan tujuan wisata. Fungsinya lebih kepada jalur perlintasan dari Jawa tengah menuju Jawa Timur, begitu pula sebaliknya. Namanya tidak sepopuler kota lain di Jawa Tengah, seperti Semarang & Solo yang menyajikan paket lengkap pilihan wisata.

Saya sudah beberapa kali melewati Lasem, tapi untuk turun dan melihat rupa Lasem dari dekat ya baru kemarin. Sepanjang perjalanan dari Semarang menuju Lasem tidak banyak yang dapat saya ceritakan, selain perjumpaan dengan truk2 besar dengan berbagai macam muatan yang berpacu dengan kecepatan tinggi, ditambah panas terik penuh debu khas jalur Pantai Utara Jawa.

Singkat cerita, sampailah saya di Lasem ...
Kesan pertama saya, Lasem ibarat wanita tua yang mulai keriput, pergerakannya melambat, & mulai malas mempercantik diri. Namun, dibalik kerut wajah si tua, ada rentetan kisah panjang yang ingin dibagi. Dan untuk itulah saya datang kesini.
Selanjutnya biar foto2 ala kadarnya ini saja yang bercerita ....

Kelenteng Cu An Kiong. konon ini adalah kelenteng tertua di Lasem, bahkan mungkin di Jawa

Tampak depan Kelenteng. Ukiran di tiap sudutnya luar biasa indah, dan full dari atas sampai kebawah loh. keren ya :)



Setiap sudut dalam bangunan Kelenteng Cu An Kiong dipenuhi oleh ukir2an kayu yang detail. Bahkan di beberapa sisi dinding meja altar ada lukisan timbul berornamen naga & macan
Salah satu detail ornamen ukiran kayu yang dipahatkan di atas tiang peyangga bangunan Kelenteng

Selain ukiran, dinding dalam Kelenteng dipenuhi oleh lukisan dinding kotak2 seperti ini. Membentang dari kiri ke kanan dan atas ke bawah. Semacam mural mungkin ya. Kaya komik raksasa yang nempel di tembok. Mungkin antara 1 frame dengan frame yang lainnya punya makna dan cerita yang saling berkaitan. Sayangnya saya nggak paham makna lukisannya :(
Ini spot favorit saya. TEGEL. iya saya penggemar berat tegel :))

Tempat tinggal penjaga kelenteng, letaknya persis disamping bangunan kelenteng
Sayangnya papan petunjuk menuju kelenteng pada saat saya kesana telah roboh, dan belum diperbaiki. Hanya digeletakan di halaman depan kelenteng :(

Di dekat lokasi Kelenteng Cu An Kiong, terdapat satu rumah kuno yang cukup terkenal di Lasem.
Rumah Lawang Ombo / Rumah Candu. Konon jaman dulu, rumah ini menjadi salah satu jalur peredaran candu/opium menuju sungai Lasem untuk kemudian diedarkan ke berbagai daerah. Sayangnya pintu gerbangnya terkunci, mungkin untuk masuk kesana harus didampingi oleh rekan dari forum komunitas Lasem.

Di salah satu gang kampung Pecinan, ada bangunan yang sisi dinding bagian luarnya ditempel MMT seperti ini. Seperti benteng Tiongkok ya? diatasnya juga dicantumkan berbagai macam 'obyek wisata Lasem' dan beberapa makanan khas daerah tersebut. Cerdas ya idenya, paling nggak bisa ngasi itinerary singkat untuk teman2 yang datang ke Lasem. *temboknya mayan tinggi lo, kalo diliat sepintas nggak kaya tempelan MMT :p *
Salah satu bangunan kuno di sudut perkampungan pecinan Lasem. Ujung atapnya melengkung disisi kanan & kiri, khas arsitektur Tiongkok

Salah satu gang di Lasem. Bangunan dengan tembok2 tinggi mengapit jalan sempit ini

 
Pintu rumah kuno di Lasem kebanyakan berbentuk seperti ini.

Ini saya baru muter di satu jalan lo, tapi sudah dapat harta karun sebanyak ini. Saya jatuh cinta dengan Lasem ! Berkunjung ke Lasem, kalian seperti dinaikan ke mesin waktu, menyusuri tapak demi tapak sejarah. Menyentuh langsung rangkaian kenangan. Melongok masa lalu dari pintu2 kuno yang bertembok tinggi, seolah menyimpan rapi kenangan dari para pemiliknya.