Selasa, 31 Oktober 2017

Menilik perjalanan kopi di Museum Kopi Banaran

Oktober 31, 2017 0 Comments
pabrik Kopi Banaran
Pabrik Kopi Banaran
Kopi sepertinya sudah melekat dalam keseharian masyarakat. Sekarang mudah saja menemukan ragam warung kopi tradisional hingga gerai kopi bergengsi di pusat perbelanjaan. Kini peran kopi tak lagi melulu sebagai minuman berkafein pembuka hari. Biji mungil ini bahkan mampu menjentik ide kreator novel dan film. Berkah tersendiri bagi Indonesia yang memenuhi sejumlah syarat mutu pengembangan kopi, hingga mampu menjadikannya sebagai komoditas unggulan.
pabrik kopi banaran
Sudut pabrik, berpenanda tahun 1911
Sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang pun dikenal sebagai penghasil kopi. Salah satu yang telah dikelola secara profesional adalah Kampoeng Kopi Banaran (KaKoBa) yang berkonsep one stop tourism and education service. Tak hanya menyuguhkan paket lengkap wisata keluarga, PTPN IX selaku pengelola juga mampu mengemas edukasi didalamnya dengan apik. Selama ini Banaran lebih dikenal melalui agro wisatanya, selain tentu sebagai penghasil kopi. Nyatanya mungkin memang belum banyak yang tahu jika KaKoBa juga membuka museum kopi.
pabrik kopi banaran
Kopi Kopi Kopi Kopi
Museum kopi Banaran terletak di Jalan Semarang-Magelang KM 51, Dusun Banaran, Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. 1 lingkup dengan resto Banaran 9 Coffee and Tea dan bersebelahan dengan pabrik kopi Banaran yang telah beroperasi sejak tahun 1911 hingga saat ini. Perhatikan alamat yang saya tuliskan ya jika ingin mengunjungi museum kopi, agar tidak salah persepsi dengan KaKoBa Bawen.
museum kopi banaran
Museum Kopi Banaran
Cukup dengan membayar tiket masuk seharga Rp 5.000 per orang (Oktober, 2017), kita sudah bisa berkeliling museum dengan didampingi seorang pemandu yang akan menjelaskan mengenai seluk beluk kopi. Oh iya, pengunjung museum juga akan diberikan free sample 1 sachet kopi bubuk Banaran. Yeaay.
museum kopi banaran
Selama ini yang saya tahu, biji kopi ya bentuknya begitu saja. Sedikit lonjong dan berwarna kecoklatan. Bengong adalah reaksi pertama ketika melihat deretan stoples biji kopi dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagai orang awam yang lebih sering minum kopi sachet, saya tidak pernah menduga bahwa warna serta aroma biji kopi Wamena, Papua ternyata berbeda dengan biji kopi Kintamani, Bali. Pun demikian dengan biji kopi Bengkulu, Toraja, Mandailing, Flores Bajawa, dsb. Nyaris tidak ada yang sama persis antara bentuk dan aroma, meski sama-sama disebut kopi. Unik.
museum kopi banaran
Disini kita dapat melihat alat peraga penunjang pembuatan kopi, berupa grinder manual dari berbagai tahun dimasa lampau. Alat tertua semacam alu dan lesung, diberi label angka tahun 1911. Bergeser sedikit, akan didapati papan informasi alur skema pengolahan kopi. Metode Wet process dan Dry process. Dimulai sejak pemetikan kopi dari kebun, sortasi, proses pengolahan yang tentu berbeda dari kedua jenis metode tersebut, quality control, hingga pengemasan. Semuanya jelas dan dilengkapi dengan foto. 
museum kopi banaran
Profil perjalanan pabrik kopi Banaran yang tak bisa dipisahkan dari sejarah kopi dunia juga terangkum dalam museum ini. Saya baru tahu jika di tahun 1880, puncak produksi kopi Arabika di Jawa mencapai 94.400 ton. Jumlah yang sukar dilampaui, bahkan dengan teknologi pertanian saat ini yang semakin maju. Tapi bagaimanapun kita harus berbangga, karena Indonesia masih diranking 5 besar produsen dan eksportir kopi dunia. Bersanding dengan Brasil, Vietnam, dan Kolumbia (Sumber: dari sini). Jika sedang mencari referensi penelitian mengenai kopi, di museum kopi tersedia berbagai macam bahan literasi. Beberapa diantaranya bahkan masih berbahasa Belanda.
coffee cupping
Setelah puas melihat museum, pengunjung akan diarahkan ke ruangan documentary di sebelahnya. Seorang ibu menyapa kami dengan ramah, rupanya beliau merupakan salah seorang pengelola yang akan menemani kami untuk coffee cupping. 
Sederhananya, coffee cupping adalah proses mengobservasi rasa sebelum kopi itu tiba dalam cangkir para penikmat kopi.IDEALNYA, coffee cupping memang dilakukan oleh para professional yang telah terlatih tapi praktek ini—untuk skala non komersial—juga bisa dilakukan oleh siapapun. Termasuk Anda. Dalam coffee cupping (atau sering disebut juga dengan coffee tasting), bisa dikatakan, prosesnya terjadi di dua tempat, yaitu di mulut dan di hidung. Adalah penting untuk mengetahui “proses yang terjadi di dalam dua tempat ini” jika Anda pengin mencoba menseriusi coffee cupping atau sekedar ingin lebih tahu jika sedang membicarakan kopi.Bagian pertama dari proses pencicipan (cupping) adalah di dalam lidah, di sini kita akan merasakan karakteristik-karakteristik dasar dari kopi seperti acidity (karakter asam), sweetness (karakter manis), bitterness (karakter pahit), saltiness (karakter asin—jika ada), dan savories atau rasa intinya. Proses standar dari coffee cupping dimulai dengan mengendusnya dalam, lalu menyeruputnya dengan kuat sehingga kopi yang disesap itu bisa “terlempar” ke seluruh langit-langit mulut. (Sumber : majalah.ottencoffee.co.id)
Ada 2 varian biji kopi yang dapat dicoba, Robusta roasted dan Arabika roasted. Saya memilih keduanya. Petugas mempersilakan saya untuk menghirup aromanya secara bergantian sebelum digiling. Tak menunggu lama, 2 cangkir mungil kopi yang saya lihat langsung proses pembuatannya segera tersaji. Hmm .. lidah awam saya sih lebih suka Arabika, hehehe. Coffee Cupping ini gratis dan merupakan bagian dari fasilitas yang diberikan untuk pengunjung museum kopi.

Sebenarnya pengelola juga menyediakan tour keliling pabrik kopi Banaran. Sehingga pengunjung dapat melihat proses produksi kopi mereka secara langsung. Membayangkannya saja sudah seru ya, tour di pabrik kopi peninggalan Belanda yang telah berusia lebih dari 100 tahun. Sayangnya saya datang kesiangan, pas sekali ketika ibu-ibu pekerja sudah berkemas hendak pulang. Yaaah. Waktu terbaik untuk tour pabrik adalah pada saat musim panen, antara bulan Juni-Agustus. Karena bisa melihat proses pengolahan kopi dari awal. Diluar bulan-bulan tersebut bisa saja, hanya mungkin prosesnya sudah hampir selesai.
produk museum kopi
Museum kopi Banaran juga memiliki produk olahan berupa kopi bubuk yang dapat dijadikan oleh-oleh. Diantaranya, kopi cilik, mbahjoyo coffee (perpaduan robusta lanang/monokotil dan arabika), dan kopi lanang (terbuat dari biji kopi robusta monokotil). Yang paling membuat saya tertarik adalah produk Dakobar (daun kopi Banaran). Mirip seperti teh, terbuat dari daun kopi yang dikeringkan. Tentunya tidak sembarang daun kopi dapat diolah. Ada kriteria tertentu, juga faktor pendukung lain yang menjadikan produk ini terkesan limited dan sukar diproduksi massal.

Dengan demikian, bertambah lagi ya jumlah museum di Kabupaten Semarang, selain Museum Kereta Api dan Museum Palagan Ambarawa.


Yuhuu ... panggilan bagi para pecinta kopi ...



Jam Operasional :
Senin-Sabtu : jam 09.00 - 14.00 wib
Minggu dan tanggal merah : tutup
Untuk tour pabrik, sebaiknya datang diantara jam 10.00-12.00

Ngampin Culture Fest 2017

Oktober 31, 2017 0 Comments
Ngampin Culture Fest
Sumber : kabsemarangtourism.com
NGAMPIN CULTURE FEST 2017
Berbicara mengenai pariwisata di Kabupaten Semarang memang tidak ada habisnya. Majemuk dan kompleks. Topik renyah ini akan terus bergulir mengikuti waktu. Era telah menggeser kebutuhan wisata yang semula tersier menjadi sekunder, bahkan mungkin juga primer bagi sebagian orang. Profesi yang dulu tidak ada dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya, kini terus bermunculan. Travel blogger misalnya. Mereka memang harus pelesir untuk dapat menciptakan sebuah karya. Gaya hidup dan pesatnya kemajuan teknologi informasi bisa jadi merupakan 2 musabab yang perlahan mampu merubah trend yang berlaku kini.

Saya dibesarkan di Kabupaten Semarang. Karenanya tidak terlalu sulit bagi saya untuk melihat perkembangan pariwisata di Kabupaten Semarang saat ini. Sebagai contoh, siswa TK sekarang bebas memilih field trip ke Cimory, factory visit ke pabrik nissin, outbond seru di Umbul Sidomukti, dan lain sebagainya. Banyak pilihan. Mundur sejenak dikisaran tahun 90an, saat saya masih TK harus puas dengan field trip ala-ala ke Taman Unyil di batas kota Ungaran. Saat itu memang tidak banyak opsi obyek wisata yang bisa dikunjungi seperti sekarang.

Dalam kurun waktu terakhir, potensi pariwisata di Kabupaten Semarang sepertinya terus digali agar muncul ke permukaan. Candi Gedong Songo, Museum Palagan Ambarawa, Pemandian Muncul, dan Bukit Cinta adalah daya tarik andalan yang dikelola oleh Pemkab Semarang. Selebihnya masih banyak obyek wisata lain yang dikelola oleh institusi, swasta, maupun melalui swadaya daerah setempat. Setiap wilayah di Kabupaten Semarang kini berlomba-lomba menampilkan potensinya. Sebutlah wisata kebun bunga Setiya Aji, Clapar, dan yang terbaru Ngasem Flower Park. Desa wisata seperti Lerep dan Kemetul pun kian giat berbenah. Event lokal yang mengangkat budaya setempat kini juga menjadi buruan baru wisatawan. Ngampin Culture Fest salah satunya.
Ngampin Culture Fest

Acara yang dimotori oleh Karang Taruna Bhakti Muda ini Bertempat di Balai Lingkungan RW 1 Ngampin Krajan  Ambarawa, digelar pada tanggal 28-29 Oktober 2017. Selain penyelenggaraan berbagai lomba, beberapa komunitas di wilayah Kabupaten Semarang pun turut meramaikan, diantaranya :
Ngampin Culture Fest
  • Paguyuban Pelestari Tosan Aji Panji Baruklinting Ambarawa memamerkan deretan koleksi keris dan benda pusaka lainnya,
  • Dewa Siwa atau Komunitas Pecinta situs dan watu candi. Saya tahu komunitas ini sudah cukup lama, beberapa kali mampir membaca tulisan mereka tentang penelusuran ke berbagai peninggalan situs sejarah di wilayah Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Jika tidak membaca postingan blog salah satu anggota mereka, mungkin saya juga tidak tahu jika di wilayah Kabupaten Semarang masih banyak sisa-sisa sejarah. Salut dengan komunitas yang mau repot mendokumentasikan dan kemudian membaginya melalui pameran foto,
  • Komunitas Penulis Ambarawa yang menaungi para penulis dari Ambarawa
  • Rawaksara, Komunitas lettering dan kaligrafi Kota Ambarawa
  • Komunitas Anak Bawang atau komunitas permainan tradisional Solo. Mereka datang jauh-jauh untuk memperkenalkan kembali aneka dolanan yang sudah sangat jarang dimainkan anak-anak zaman sekarang. Seperti egrang dan congklak.
  • Doesoen Kopi Sirap, saya sudah pernah ngopi langsung ditempatnya. Menarik dan sangat saya rekomendasikan bagi para pecinta kopi yang ingin menikmatinya dengan suasana berbeda.
Ngampin Culture Fest
Panitia juga menyediakan deretan stand kuliner yang kebanyakan diisi oleh penduduk sekitar dengan berbagai jajanan dan minuman ringan, Sayang hanya sedikit produk UMKM lokal yang dipamerkan. Padahal acara ini merupakan moment pas untuk berpromosi. Yang paling menarik dan ditunggu, tentu saja penampilan tarian kuda lumping dari berbagai kelompok. Kesenian ini memang sedang kembali bersinar. Awal yang baik, semoga disusul juga dengan kebangkitan kesenian tradisional lain di Kabupaten Semarang.
Ngampin Culture Fest
Untuk jenis acara lokal yang ditangani karang taruna, saya sangat mengapresiasi.  Nampaknya persiapan mereka cukup matang dan tidak asal-asalan. Ada 1 atau 2 kekurangan, wajarlah. Menggelar acara yang melibatkan banyak orang dengan bermacam pemikiran dan ide tentu bukan hal yang mudah. Meski hanya berlangsung selama 2 hari, setidaknya telah menjadi sarana edukasi dan menambah wawasan baru bagi pengunjung.

SERABI NGAMPIN
Serabi Ngampin
Kelurahan Ngampin terkenal dengan serabinya. Makanan yang berbahan dasar beras ini merupakan makanan khas Kelurahan Ngampin yang mudah ditemui sepanjang jalan raya Ambarawa-Magelang, tepatnya di wilayah Ngampin. Munculnya sentra serabi ini bermula dari tradisi serabinan di Desa Ngampin. Tradisi serabinan ini sudah berjalan turun- temurun sejak ratusan tahun lalu. Tradisi ini sebenarnya untuk menyambut datangnya bulan Syakban. Namun, sejak 1989 terjadi pergeseran. Di luar upacara ritual itu banyak warga desa yang saban hari berjualan serabi. Kalau pada awalnya hanya tiga orang saja, kini telah berkembang hingga mencapai 100 orang yang menggantungkan hidup dari usaha penjualan serabi ini (http://ambarawa.jatenginfo.com)
Jika sudah sampai Ngampin, rugi jika tidak mencicipi kuliner legendarisnya. Serabi Ngampin. Tak sulit menemukan kudapan manis ini, ada puluhan penjaja serabi di sepanjang jalan Ngampin. Menariknya, meski zaman sudah sedemikian maju para pedagang serabi Ngampin tetap bertahan dengan cara masak tradisional. Mereka masih menggunakan angklo berbahan bakar kayu, serta wajan tanah liat. Konon cara ini tetap dipakai, demi memunculkan aroma yang lebih menggugah selera.
Serabi Ngampin
Seporsi serabi Ngampin (Gambar dari sini)
Bulatan serabi ini biasanya bercirikan 3 warna. Hijau beraroma pandan, coklat untuk gula merah, dan original yang berwarna putih. Cara penyajiannya, beberapa bulatan serabi disiram kuah santan dengan campuran gula merah yang masih hangat. 1 mangkoknya berisi 4-5 buah serabi, dengan harga Rp 5.000 per porsi. Kebanyakan para penjual tak hanya menjajakan serabi, mereka juga menjual opak dan tape ketan. Menarik bukan? Dengan selembar Rp 5000 sudah dapat menikmati kuliner legendaris Kabupaten Semarang.

Senin, 30 Oktober 2017

Berburu bubur opak Bandungan

Oktober 30, 2017 5 Comments
bubur opak samier bandungan
Bubur Opak Bandungan
BUBUR OPAK
Tak lengkap rasanya membahas pariwisata di Kabupaten Semarang tanpa menyinggung sedikit tentang wisata kulinernya. Seperti halnya Solo yang punya cabuk rambak sebagai kuliner legendaris. Kabupaten Semarang juga tak mau kalah. Kita punya bubur samier atau lebih dikenal dengan bubur opak. Jika biasanya bubur disajikan diatas piring atau mangkuk, menariknya di Bandungan kita akan menemukan bubur beralas opak. Opak adalah semacam kerupuk bulat pipih yang terbuat dari singkong yang ditumbuk.

Bubur beras yang masih panas, kemudian disajikan diatas opak dan diberi lauk sesuai keinginan pembeli. Lauk bubur opak ini macam-macam. Pecel, cap cay kampung, mie goreng, sayur gori (nangka muda), dan aneka baceman adalah menu pendamping yang biasanya tersedia. Cara makannya unik. Memang penjual menyediakan sendok plastik, namun kita bisa mencuil sedikit demi sedikit pinggiran opak untuk menyuap bubur. Setelah bubur dan lauk habis, terakhir tinggal menyantap 'piring opaknya'.
bubur opak samier bandungan
Jangan membayangkan tempat makan mewah jika ingin mencicipi bubur opak. Karena lokasinya hanya dipinggir jalan. Pedagang biasanya hanya menggelar dagangannya diatas meja. Jika beruntung, pembeli bisa duduk di bangku plastik yang jumlahnya terbatas. Jika tidak, siap-siap bersantap sembari berdiri ya. Membeli bubur opak dipagi hari juga harus sabar mengantri dengan pemburu sarapan yang lain. Selain penduduk sekitar, pembelinya kebanyakan adalah para ibu-ibu pedagang pasar Bandungan dan wisatawan. Menyantap bubur opak dan teh manis hangat ditengah hawa dingin Bandungan memang pilihan yang tepat.
bubur opak samier bandungan
Ibu Sumiyati
Ibu Sumiyati, merupakan salah satu pedagang bubur opak di Bandungan yang telah berjualan selama lebih dari 30 tahun. Dalam sehari beliau dapat memasak hingga 12 kg bubur. Pembagiannya, 7 kg untuk berjualan pagi dan 5 kg untuk sore hari. Menurut cerita beliau, proses pembuatan bubur sudah dimulai sejak pukul 01.00 dini hari. Bahkan untuk lauk bacem (tahu, tempe, telur) sudah direndam bumbu sejak sore harinya, sehingga bumbu benar-benar meresap. Memang terlihat dari warna bacemnya yang kecoklatan dan mengkilat, menandakan proses dan waktu masak yang tepat. Tekstur buburnya sedikit berbeda dari bubur ayam yang cenderung lebih encer dan lembut. Bubur opak sedikit lebih padat, dengan gurih santan kelapa yang sangat terasa.
kecamatan bandungan
Lokasi lapak bubur opak tepat di depan Kecamatan Bandungan ya
Mencari kuliner ini susah-susah gampang, karena tidak setiap waktu ada. Ibu Sumiyati sendiri berjualan 2 kali dalam sehari, Senin hingga Minggu. Lokasi berjualannya pertigaan pasar Bandungan, dekat Rumah Makan Rina Rini Bandungan. Untuk pagi mulai pukul 05.00 dan biasanya sudah habis sebelum pukul 07.00. Bu Sumi akan kembali berjualan di sore harinya, antara pukul 15.00 hingga pukul 17.00. Khusus di hari Minggu, beliau hanya buka lapak dipagi hari saja. Untuk itu, jika berencana menjadikan bubur opak sebagai menu sarapan sebaiknya datang lebih pagi agar tidak kehabisan.

Beruntung saya masih mendapat porsi terakhir saat kesana. Pembeli yang datang setelah saya, tentu harus gigit jari. Selain Bu Sumi, juga ada beberapa penjual bubur opak lain di kawasan pasar Bandungan. Menu dan lauk pelengkapnya kurang lebih sama. Untuk harga, jangan khawatir tidak akan merusak dompet. Saya cuma mengeluarkan Rp 7500 untuk seporsi bubur opak tanpa sayur dengan lauk telur bacem dan segelas teh manis hangat.



Kamis, 26 Oktober 2017

Begini pesona alami Curug Semirang

Oktober 26, 2017 0 Comments

curug semirang ungaran
Pintu masuk dan loket Curug Semirang
Bagi warga Kabupaten Semarang, khususnya Ungaran, tentu sudah tidak asing dengan keberadaan Curug Semirang. Beberapa tahun lalu ketika gerak laju perkembangan wisata daerah belum begitu terasa seperti saat ini, Semirang sempat menjadi primadona dan jujugan wisata murah meriah bagi warga sekitar. Curug ini relatif mudah ditemukan. Terletak di Dusun Gintungan, Desa Gogik, Kecamatan Ungaran Barat. 
curug semirang ungaran
Tiket untuk cuci mata lihat pohon di hutan
Ketika saya kesana September 2017 kemarin, harga tiketnya Rp 6000 per orang. Sedangkan biaya parkir Rp 2000 per motor. Track Semirang tergolong tidak terlalu ekstrim. Jalurnya sudah jadi dan tertata. Tidak heran, mengingat Curug Semirang termasuk 'obyek wisata lama' di Kabupaten Semarang. Meski jalurnya mayoritas landai, namun ada juga beberapa spot yang lumayan membuat ngos-ngosan. Tidak perlu khawatir, pada jalur yang curam, pengunjung cukup terbantu dengan undak-undakan batu yang ditata sedemikian rupa oleh pengelola. Walau begitu, jangan diremehkan ya, bermain dengan alam tetap tidak boleh sembrono.
curug semirang ungaran
Simbah ini, meski sudah sepuh danberjalan tertatih namun masih semangat
Stamina optimal serta cuaca yang mendukung menjadi syarat utama ketika ingin berwisata alam seperti ini. Sebaiknya kenakan pakaian serta alas kaki yang nyaman dan sesuai medan. Soalnya waktu itu saya berpapasan dengan sekelompok remaja putri yang hendak berwisata juga, mereka mengenakan dress dan wedges shoes untuk naik ke lokasi curug. Duhh ..

Saran saya jika ingin berwisata ke Curug Semirang, datanglah pagi dan jangan terburu-buru ingin mencapai spot air terjunnya. Karena bagi yang sudah pernah singgah di beberapa obyek wisata air terjun lain dengan debit air yang lebih besar, mungkin akan menganggap Curug Semirang tidak terlalu istimewa. 
curug semirang ungaran
Jalurnya tidak melulu menanjak, beberapa bahkan ada yang datar dengan diapit pepohonan raksasa dikanan dan kiri
Nikmati saja perjalanannya dengan santai. Mumpung bisa menghirup udara bebas dan manjakan mata dengan rimbun pepohonan. Toh tidak setiap hari kan kita bisa melihat dan berada di tengah hutan.
curug semirang ungaran
Bagi saya, yang menjadikan suatu perjalanan menjadi menarik adalah perjumpaan dengan hal baru, orang baru, dan tentunya pengalaman baru. Ditengah perjalanan, saya bertemu dengan seorang ibu paruh baya. Beliau adalah salah satu penjual makanan di lokasi Curug Semirang dan sudah berjualan selama kurang lebih 23 tahun. WOW. Bukan waktu yang singkat. Mengingat medan yang harus dilalui, ditambah masih membawa beban di punggung. Untuk itu harap maklum jika mungkin harga makanan atau minuman disini sedikit lebih mahal. Perjuangan ibu-ibu pedagang ini untuk naik dan turun areal Curug Semirang tidak bisa dikatakan mudah. Yah hitung-hitung berbagi sedikit rezeki titipan untuk mereka.
curug semirang ungaran
Areal di sekitar ekowisata yang dikelola oleh Perhutani ini, terbilang cukup bersih. Pada beberapa batang pohon tergantung ember bekas yang difungsikan sebagai tempat sampah. Di dekat pintu masuk juga telah tersedia toilet dan mushola sederhana. 
curug semirang ungaran
Sayangnya kelengkapan sarana hanya ada di area bawah. Setengah perjalanan sebelum mencapai lokasi air terjun, kita akan temui fasilitas toilet yang mangkrak. Bolong, karena atap dan pintunya sudah tidak ada. Bahkan sebagian bangunan telah ditumbuhi semak. Terkesan memang sengaja tidak difungsikan. Menurut saya tidak masalah. Posisi toilet yang berada di tengah jalur pendakian, memang minim pengawasan. Berpotensi digunakan untuk aktifitas yang tidak semestinya. Namanya manusia ya, akalnya ada-ada saja kan?
curug semirang ungaran
Curug Semirang
Setelah berjalan santai selama kurang lebih 40 menit serta melewati tanjakan terakhir yang cukup curam dan licin, akan diperoleh apa yang diincar sejak dari pintu loket. AIR TERJUN SEMIRANG telah nampak di depan mata. Lelah berjalan sejauh kurang lebih 900 meter terbayar dengan gemericik air terjun dan sejuknya nuansa alam.
curug semirang ungaran
Ada yang bisa nolak?
Jika haus dan lapar, tapi tidak membawa bekal, tenang saja diatas ada beberapa warung semi permanen yang menjajakan aneka minuman, gorengan, dan mie instan. Percayalah, mie instan merk apapun akan terasa lebih nikmat jika disantap panas-panas ditengah kesejukan alam terbuka seperti ini.
Ketika obyek wisata lain berlomba-lomba mengedepankan icon wahana selfienya, Semirang tetap  dengan tampilan yang sederhana, alami, dan natural. Traffic pengunjung berkurang, bisa jadi merupakan konsekuensi logis ketika suatu obyek wisata tidak ikut trend saat ini. Penambahan spot selfie  yang unik mungkin bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
curug semirang ungaran
Kesimpulannya, dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki, Semirang masih layak dan mampu menjadi salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Semarang. Tentunya dengan berbagai pembenahan yang lebih optimal.


Jadi tunggu apalagi, ayo dolan Semirang ....