 |
Pintu masuk dan loket Curug Semirang |
Bagi warga Kabupaten Semarang, khususnya Ungaran, tentu sudah tidak asing dengan keberadaan Curug Semirang. Beberapa tahun lalu ketika gerak laju perkembangan wisata daerah belum begitu terasa seperti saat ini, Semirang sempat menjadi primadona dan jujugan wisata murah meriah bagi warga sekitar. Curug ini relatif mudah ditemukan. Terletak di Dusun Gintungan, Desa Gogik, Kecamatan Ungaran Barat.
 |
Tiket untuk cuci mata lihat pohon di hutan |
Ketika saya kesana September 2017 kemarin, harga tiketnya Rp 6000 per orang. Sedangkan biaya parkir Rp 2000 per motor. Track Semirang tergolong tidak terlalu ekstrim. Jalurnya sudah jadi dan tertata. Tidak heran, mengingat Curug Semirang termasuk 'obyek wisata lama' di Kabupaten Semarang. Meski jalurnya mayoritas landai, namun ada juga beberapa spot yang lumayan membuat ngos-ngosan. Tidak perlu khawatir, pada jalur yang curam, pengunjung cukup terbantu dengan undak-undakan batu yang ditata sedemikian rupa oleh pengelola. Walau begitu, jangan diremehkan ya, bermain dengan alam tetap tidak boleh sembrono.
 |
Simbah ini, meski sudah sepuh danberjalan tertatih namun masih semangat |
Stamina optimal serta cuaca yang mendukung menjadi syarat utama ketika ingin berwisata alam seperti ini. Sebaiknya kenakan pakaian serta alas kaki yang nyaman dan sesuai medan. Soalnya waktu itu saya berpapasan dengan sekelompok remaja putri yang hendak berwisata juga, mereka mengenakan dress dan wedges shoes untuk naik ke lokasi curug. Duhh ..
Saran saya jika ingin berwisata ke Curug Semirang, datanglah pagi dan jangan terburu-buru ingin mencapai spot air terjunnya. Karena bagi yang sudah pernah singgah di beberapa obyek wisata air terjun lain dengan debit air yang lebih besar, mungkin akan menganggap Curug Semirang tidak terlalu istimewa.
 |
Jalurnya tidak melulu menanjak, beberapa bahkan ada yang datar dengan diapit pepohonan raksasa dikanan dan kiri |
Nikmati saja perjalanannya dengan santai. Mumpung bisa menghirup udara bebas dan manjakan mata dengan rimbun pepohonan. Toh tidak setiap hari kan kita bisa melihat dan berada di tengah hutan.
Bagi saya, yang menjadikan suatu perjalanan menjadi menarik adalah perjumpaan dengan hal baru, orang baru, dan tentunya pengalaman baru. Ditengah perjalanan, saya bertemu dengan seorang ibu paruh baya. Beliau adalah salah satu penjual makanan di lokasi Curug Semirang dan sudah berjualan selama kurang lebih 23 tahun. WOW. Bukan waktu yang singkat. Mengingat medan yang harus dilalui, ditambah masih membawa beban di punggung. Untuk itu harap maklum jika mungkin harga makanan atau minuman disini sedikit lebih mahal. Perjuangan ibu-ibu pedagang ini untuk naik dan turun areal Curug Semirang tidak bisa dikatakan mudah. Yah hitung-hitung berbagi sedikit rezeki titipan untuk mereka.
Areal di sekitar ekowisata yang dikelola oleh Perhutani ini, terbilang cukup bersih. Pada beberapa batang pohon tergantung ember bekas yang difungsikan sebagai tempat sampah. Di dekat pintu masuk juga telah tersedia toilet dan mushola sederhana.
Sayangnya kelengkapan sarana hanya ada di area bawah. Setengah perjalanan sebelum mencapai lokasi air terjun, kita akan temui fasilitas toilet yang mangkrak. Bolong, karena atap dan pintunya sudah tidak ada. Bahkan sebagian bangunan telah ditumbuhi semak. Terkesan memang sengaja tidak difungsikan. Menurut saya tidak masalah. Posisi toilet yang berada di tengah jalur pendakian, memang minim pengawasan. Berpotensi digunakan untuk aktifitas yang tidak semestinya. Namanya manusia ya, akalnya ada-ada saja kan?
 |
Curug Semirang |
Setelah berjalan santai selama kurang lebih 40 menit serta melewati tanjakan terakhir yang cukup curam dan licin, akan diperoleh apa yang diincar sejak dari pintu loket. AIR TERJUN SEMIRANG telah nampak di depan mata. Lelah berjalan sejauh kurang lebih 900 meter terbayar dengan gemericik air terjun dan sejuknya nuansa alam.
 |
Ada yang bisa nolak? |
Jika haus dan lapar, tapi tidak membawa bekal, tenang saja diatas ada beberapa warung semi permanen yang menjajakan aneka minuman, gorengan, dan mie instan. Percayalah, mie instan merk apapun akan terasa lebih nikmat jika disantap panas-panas ditengah kesejukan alam terbuka seperti ini.
Ketika obyek wisata lain berlomba-lomba mengedepankan icon wahana selfienya, Semirang tetap dengan tampilan yang sederhana, alami, dan natural. Traffic pengunjung berkurang, bisa jadi merupakan konsekuensi logis ketika suatu obyek wisata tidak ikut trend saat ini. Penambahan spot selfie yang unik mungkin bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Kesimpulannya, dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki, Semirang masih layak dan mampu menjadi salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Semarang. Tentunya dengan berbagai pembenahan yang lebih optimal.
Jadi tunggu apalagi, ayo dolan Semirang ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar